Benturan Keras Bisa Renggut Nyawa Uje
KOMPAS.com- Kecelakaan sepeda motor yang dialami
Almarhum Ustad Jeffry Al-Buchori di Jalan Gedung Hijau Raya, Pondok
Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2013), sekitar
pukul 01.00 WIB membuat selebrtis itu mengalami luka-luka yang kemudian
berujung pada kematian dalam waktu singkat. Walaupun sempat dilarikan ke
Rumah Sakit Pondok Indah, nyawa Uje tidak tertolong lagi karena ia
mengalami luka cukup parah.
Ada indikasi bahwa
benturan keras atau trauma menjadi faktor pemicu meninggalnya Uje. Fakta
itu diperkuat dengan keterangan dari saksi di tempat kejadian dan
pernyataan resmi dari Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya
Komisaris Besar Rikwanto. Disebutkan bahwa Uje mengalami luka di bagian
muka dan kepala serta mengeluarkan banyak darah dari bagian telinga.
Diduga kuat, ustad yang juga dikenal sebagai selebritis itu mengalami
benturan keras di bagian kepala.
Meskipun belum ada keterangan resmi mengenai penyebab pasti kematian Uje, spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang dr.Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, memperkirakan Uje mengalami trauma pada bagian kepala (otak) dan pada leher. Kombinasi dari dua jenis trauma ini bisa sangat mematikan terutama trauma pada tulang leher.
Roslan memaparkan, truma otak ternyata sebenarnya tidak selalu menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Menurutnya, paling tidak diperlukan waktu 1-2 jam sebelum terjadinya kematian. Jika penanganan tepat, trauma otak bahkan dapat disembuhkan.
"Kematian dalam waktu singkat biasanya disebabkan terhambatnya jalan nafas atau kehilangan darah dalam jumlah banyak, bukan karena trauma otak." kata dr.Roslan kepada Kompas.com Jumat (26/4).
Setidaknya ada, kata Roslan, tiga jenis trauma otak yang kerap menyebabkan kematian. Trauma pertama disebut epidoral hematolog. Trauma ini terjadi karena pendarahan di area antara selaput otak dengan tulang tengkorak. Pendarahan di area ini menyebabkan kematian dalam waktu 1-2 jam. Trauma jenis ini terjadi di luar area otak.
Trauma kedua disebut subdoral hematolog. Pendarahan ini terdapat pada area antara otak dan selaput otak. Yang ketiga disebut intra cerebral, atau pendarahan di dalam otak. Namun subdoral hematolog dan intra cerebral tidak menyebabkan kematian secepat epidoral hematolog.
"Kalau langsung didiagnosis dan ditangani pasien dengan epidoral hematolog bisa langsung tertolong. Pasien juga tidak akan mengalami kecacatan," kata Roslan.
Kombinasi mematikan
Menurut Roslan, trauma pada otak dan leher dapat menjadi kombinasi penyebab kematian yang fatal. Hal ini terjadi ketika terjadinya benturan pada bagian kepala yang kemudian dibarengi leher yang tertolak ke belakang. Akibatnya, tulang leher patah dan patahnya tulang ini dapat memicu kematian dalam waktu singkat akibat tertutupnya jalan nafas. Tubuh seketika bisa kehilangan suplai oksigen, akibatnya sel-sel mengalami kematian mendadak.
Trauma lain yang bisa menyebabkan kematian mendadak, lanjut Roslan, adalah cedera tulang dada (thorax) dan panggul (pelvis). Cedera tulang dada dapat menyebabkan terjadinya tamponade jantung atau suatu kondisi di mana jantung tertekan akibat benturan pada dada. Hal ini menyebabkan darah menggenang di sekitar jantung di dalam tulang dada. Sedangkan cedera pada tulang panggul menyebabkan tubuh mengalami kehilangan darah dalam jumlah banyak.
Roslan mengatakan, kecelakaan maut yang menimpa Ustad Jefri Al-Buchori merupakan suatu peringatan kepada masyarakat luas untuk tidak menyetir saat tubuh sedang lelah. "Tubuh lelah menyebabkan respon kita berkurang," kata Roslan. Berkurangnya respon disebabkan kerja saraf yang tidak maksimal ketika tubuh sedang lelah.
Akibatnya kecepatan motor 40-50 km/jam di area dalam kota menjadi sangat berbahaya. Kecepatan ditambah kondisi tubuh yang lelah menjadi faktor risiko besar terjadinya kecelakaan. "Yang penting selalu ingat jangan menyetir saat ngantuk, dan jangan ngantuk saat menyetir. Hal ini berbahaya," kata Roslan.
Meskipun belum ada keterangan resmi mengenai penyebab pasti kematian Uje, spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang dr.Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, memperkirakan Uje mengalami trauma pada bagian kepala (otak) dan pada leher. Kombinasi dari dua jenis trauma ini bisa sangat mematikan terutama trauma pada tulang leher.
Roslan memaparkan, truma otak ternyata sebenarnya tidak selalu menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Menurutnya, paling tidak diperlukan waktu 1-2 jam sebelum terjadinya kematian. Jika penanganan tepat, trauma otak bahkan dapat disembuhkan.
"Kematian dalam waktu singkat biasanya disebabkan terhambatnya jalan nafas atau kehilangan darah dalam jumlah banyak, bukan karena trauma otak." kata dr.Roslan kepada Kompas.com Jumat (26/4).
Setidaknya ada, kata Roslan, tiga jenis trauma otak yang kerap menyebabkan kematian. Trauma pertama disebut epidoral hematolog. Trauma ini terjadi karena pendarahan di area antara selaput otak dengan tulang tengkorak. Pendarahan di area ini menyebabkan kematian dalam waktu 1-2 jam. Trauma jenis ini terjadi di luar area otak.
Trauma kedua disebut subdoral hematolog. Pendarahan ini terdapat pada area antara otak dan selaput otak. Yang ketiga disebut intra cerebral, atau pendarahan di dalam otak. Namun subdoral hematolog dan intra cerebral tidak menyebabkan kematian secepat epidoral hematolog.
"Kalau langsung didiagnosis dan ditangani pasien dengan epidoral hematolog bisa langsung tertolong. Pasien juga tidak akan mengalami kecacatan," kata Roslan.
Kombinasi mematikan
Menurut Roslan, trauma pada otak dan leher dapat menjadi kombinasi penyebab kematian yang fatal. Hal ini terjadi ketika terjadinya benturan pada bagian kepala yang kemudian dibarengi leher yang tertolak ke belakang. Akibatnya, tulang leher patah dan patahnya tulang ini dapat memicu kematian dalam waktu singkat akibat tertutupnya jalan nafas. Tubuh seketika bisa kehilangan suplai oksigen, akibatnya sel-sel mengalami kematian mendadak.
Trauma lain yang bisa menyebabkan kematian mendadak, lanjut Roslan, adalah cedera tulang dada (thorax) dan panggul (pelvis). Cedera tulang dada dapat menyebabkan terjadinya tamponade jantung atau suatu kondisi di mana jantung tertekan akibat benturan pada dada. Hal ini menyebabkan darah menggenang di sekitar jantung di dalam tulang dada. Sedangkan cedera pada tulang panggul menyebabkan tubuh mengalami kehilangan darah dalam jumlah banyak.
Roslan mengatakan, kecelakaan maut yang menimpa Ustad Jefri Al-Buchori merupakan suatu peringatan kepada masyarakat luas untuk tidak menyetir saat tubuh sedang lelah. "Tubuh lelah menyebabkan respon kita berkurang," kata Roslan. Berkurangnya respon disebabkan kerja saraf yang tidak maksimal ketika tubuh sedang lelah.
Akibatnya kecepatan motor 40-50 km/jam di area dalam kota menjadi sangat berbahaya. Kecepatan ditambah kondisi tubuh yang lelah menjadi faktor risiko besar terjadinya kecelakaan. "Yang penting selalu ingat jangan menyetir saat ngantuk, dan jangan ngantuk saat menyetir. Hal ini berbahaya," kata Roslan.
Menurut saya jika merasa ngantuk saat menyetir walau tempat yg dituju sudah dekat jangan sekali-kali mengatakan "tanggung sudah dekat" itu
bahaya besar dan fatal mengacam !
http://health.kompas.com/read/2013/04/26/1609349/Benturan.Keras.Bisa.Renggut.Nyawa.Uje